Sabtu, 23 Maret 2013

Double Me Agent - Prologue -





Dia berjalan mendekatiku tanpa melepas pandangannya padaku. Aku menggeliat tidak nyaman dan masih saja berdiri mematung di kamar hotel mewah bintang lima yang sudah dipesan oleh pria yang sekarang berdiri begitu dekat denganku, Tobias Currey, seorang CEO sebuah perusahaan terkemuka di dunia. CEO atas lebih dari 30 perusahaan multinasional yang bergerak di bidang persenjataan, IT, baja, emas, batu bara dan minyak bumi. Sosok pria bertubuh atletis dengan rambut coklat gelap dan warna iris mata abu-abu terang sekarang mulai menggelap dan memandangku dengan intens.

Wajahnya bergerak menuju sisi kepalaku dan aku merasakan hembusan napas mengalir dalam lubang telingaku. Wangi lehernya menggelitik gairahku dan aku menolak gejolak hormon seksualku dan menekannya agar tidak meledak.

"Aromamu... Begitu... Memabukkan" suaranya mengalun lembut, menggoda setiap inchi bagian tubuhku. Aku menahan sekuat tenaga untuk tidak bergeming dan memasang sikap preventif dengan mundur selangkah darinya.

Dahi Tobias berkerut namun bibrnya membentuk seringai menggoda ke arahku. Dia berjalan mendekatiku dan masih belum menyentuhku. Tembok dibelakangku telah mencegahku mengambil langkah mundur lainnya. Aku telah banyak mengambil langkah mundur dan di sinilah aku, terjebak oleh seseorang yang baru aku kenal kurang dari satu bulan dan tidak ada jalan lagi untukku berlari.

Seringainya semakin lebar dan aku tahu aku tidak mampu lagi menghindarinya. Kedua tangannya memerangkapku dan aku menekan tubuhku pada tembok berusaha membuat jarak dengannya yang aku tahu hanya sia-sia belaka. Wajahnya mendekati wajahku. Aku menelan ludah dengan sikapnya yang begitu menggoda. Tatapannya menelusuri setiap bagian wajahku dan berakhir pada mataku. Aku merasakan desiran darah menggelegak di wajahku dan aku segera menyadari pipi hingga mencapai leherku telah merona. 

Dia tidak berkata-kata bahkan sama sekali tidak menyentuhku. Namun - sial - dia berhasil membuat sisi paling sensitif dari tubuhku berkuar meminta lebih. 

Dug... Dug... Dug... 

Jantungku memasuki dentuman paling cepat dan paling keras yang belum pernah aku alami sebelumnya. Dia tersenyum kepadaku.

Ya Tuhan.... Ada apa dengan tubuhku? Mengapa manusia ini begitu mempengaruhi setiap jengkal kehidupanku? 

Perlahan Tobias memiringkan kepalanya, mendekatkan bibirnya menuju bibirku. Tanganku memeras gaun hitam yang aku kenakan, menahan rasa gugup yang berlebihan dari dalam benakku. Aku sedikit memejamkan mataku tanpa menutupnya sehingga aku masih dapat melihat Tobias semakin mendekati bibirku. 

Perlahan... Dan... Dia berhenti tepat sebelum bibirnya menyentuh bibirku. Aku mampu melihatnya menyeringai kepadaku.

Senyumnya yang menawan mampu menambat hatiku yang sedari tadi bersalto mengagungkan namanya, menyerukan ketampanannya. 

Aku kembali terbuai oleh apapun dalam diri lelaki ini!

Mataku terbelalak tatkala melihat kepala Tobias mulai menurun menuju leherku. Hembusan angin yang ditiupkan dari mulutnya berhasil melonjakkan bulu-bulu romaku.

'Apa yang dia lakukan?' aku memekik dalam hati 

Perlahan hembusan itu naik menuju bibir, pipi, dan berakhir pada daun telingaku. Pertahananku yang susah payah aku bangun agar tidak menerjang lelaki ini dan memberinya ciuman yang membabi buta mulai bergetar dan goyah.

'Don’t Alicia Keith! Tahan dia! Pria ini hanya penggoda! Dia tidak lebih dari seorang brengsek yang mempermainkan wanita!' geramku dalam hati mencoba kembali menguatkan hatiku. 

Lihat dia! Dia begitu cerdas memainkan gelora gairahku dan aku yakin bahwa dia juga melakukan hal yang sama pada wanita-wanita lain!

“Siapa kau sebenarnya?” bisiknya begitu dekat dengan telingaku. Aku menggigit bibir bawahku sekuat tenaga menahan gairah seks yang terus menerus menuntut lebih.

‘Hentikan!’ perintahku pada dewi batin yang sudah mulai memberontak dengan benteng pertahanan yang aku bangun.

“Jawab aku!” perintahnya dalam suara yang begitu lembut. Napasnya begitu stabil dan ini berbeda jauh denganku!

“Aku… aku…” Aku mendorong dada Tobias menjauh dari tubuhku sekuat tenaga, “Maaf sir, saya harus menjaga anda. Saya akan menunggu di luar” aku bergegas mengambil langkah seribu untuk keluar dari kamar Tobias tanpa memandangnya sedikitpun.
 
‘Dia benar-benar ancaman!’ kecamku dalam hati

“Aku tahu kau menginginkanku, Alice!” aku memutar tubuhku saat hendak meraih kenop pintu menatapnya yang masih tidak bergerak dari tempatnya semula dan sekarang menatapku tajam. Mata abu-abunya menggelap semakin gelap! Seringainya semakin lebar dan aku tahu dia benar!

“Tubuhmu tidak mampu menipuku!” dia berjalan mendekatiku dengan penuh kesombongan, anggun dan santai.

Aku masih berdiri menatapnya. Otakku teracuni oleh gelagatnya yang mengundangku untuk mendekapnya ke dalam pelukanku, mencium bibirnya yang bermulut tajam serta mengelus rambutnya yang tergerai menutupi telingan dan poninya yang berantakan membuat tanganku saling meremas untuk menahannya agar tidak menerjang lelaki ini.

“Sir, keamanan anda” suaraku bergetar menahan gelora gairah yang menyiksa ini.

“Kau bisa menjagaku dari dalam” suaranya sarat dengan godaan.

Aku menggeleng pelan berusaha agar lelaki ini tidak menyadarinya.

‘Ingat tujuanmu berdiri disini, Alice!’ bentak bawah sadarku.

“Maaf sir, saya tidak bisa” gumamku lirih tanpa berani menatapnya dan memilih menunduk di hadapannya dan kembali memutar kenop pintu.

“Kau dipecat!” ucapnya dingin

Aku menghentikan langkahku, memastikan bahwa pendengaranku baru saja mendengar ucapan  ‘aku dipecat’. Aku memutar lagi tubuhku menghadapinya dengan tatapan bingung.

“Kau dipecat sebagai bodyguardku” ujarnya lagi dan kali ini perasaanku benar.

‘Tidak! Ini tidak boleh terjadi!’

“Tapi sir…” tangannya terangkat ke atas mengisyaratkan bahwa aku tidak boleh menyelanya dan aku langsung menutup mulutku.

‘Kalau aku dipecat maka sia-sia semuanya’ erangku dalam hati.

“Sebagai gantinya kau harus menjadi …” langkahnya mendekatiku dan sekarang dia tepat di depanku. Kepalanya bertumpu pada pundakku dan dia berbisik begitu lembut pada telingaku, “pemuas hasratku,”

2 komentar: