Dia berjalan mendekatiku tanpa melepas pandangannya padaku. Aku menggeliat tidak nyaman dan masih saja berdiri mematung di kamar hotel mewah bintang lima yang sudah dipesan oleh pria yang sekarang berdiri begitu dekat denganku, Tobias Currey, seorang CEO sebuah perusahaan terkemuka di dunia. CEO atas lebih dari 30 perusahaan multinasional yang bergerak di bidang persenjataan, IT, baja, emas, batu bara dan minyak bumi. Sosok pria bertubuh atletis dengan rambut coklat gelap dan warna iris mata abu-abu terang sekarang mulai menggelap dan memandangku dengan intens.
Wajahnya bergerak menuju sisi kepalaku dan aku merasakan
hembusan napas mengalir dalam lubang telingaku. Wangi lehernya menggelitik
gairahku dan aku menolak gejolak hormon seksualku dan menekannya agar tidak
meledak.
"Aromamu... Begitu... Memabukkan" suaranya
mengalun lembut, menggoda setiap inchi bagian tubuhku. Aku menahan sekuat
tenaga untuk tidak bergeming dan memasang sikap preventif dengan mundur
selangkah darinya.
Dahi Tobias berkerut namun bibrnya membentuk seringai
menggoda ke arahku. Dia berjalan mendekatiku dan masih belum menyentuhku.
Tembok dibelakangku telah mencegahku mengambil langkah mundur lainnya. Aku
telah banyak mengambil langkah mundur dan di sinilah aku, terjebak oleh
seseorang yang baru aku kenal kurang dari satu bulan dan tidak ada jalan lagi
untukku berlari.
Seringainya semakin lebar dan aku tahu aku tidak mampu
lagi menghindarinya. Kedua tangannya memerangkapku dan aku menekan tubuhku pada
tembok berusaha membuat jarak dengannya yang aku tahu hanya sia-sia belaka.
Wajahnya mendekati wajahku. Aku menelan ludah dengan sikapnya yang begitu
menggoda. Tatapannya menelusuri setiap bagian wajahku dan berakhir pada mataku.
Aku merasakan desiran darah menggelegak di wajahku dan aku segera menyadari
pipi hingga mencapai leherku telah merona.
Dia tidak berkata-kata bahkan sama sekali tidak
menyentuhku. Namun - sial - dia berhasil membuat sisi paling sensitif dari tubuhku
berkuar meminta lebih.
Dug... Dug... Dug...
Jantungku memasuki dentuman paling cepat dan paling keras
yang belum pernah aku alami sebelumnya. Dia tersenyum kepadaku.
Ya Tuhan.... Ada apa dengan tubuhku? Mengapa manusia ini
begitu mempengaruhi setiap jengkal kehidupanku?
Perlahan Tobias memiringkan kepalanya, mendekatkan
bibirnya menuju bibirku. Tanganku memeras gaun hitam yang aku kenakan, menahan
rasa gugup yang berlebihan dari dalam benakku. Aku sedikit memejamkan mataku
tanpa menutupnya sehingga aku masih dapat melihat Tobias semakin mendekati
bibirku.
Perlahan... Dan... Dia berhenti tepat sebelum bibirnya
menyentuh bibirku. Aku mampu melihatnya menyeringai kepadaku.
Senyumnya yang menawan mampu menambat hatiku yang sedari
tadi bersalto mengagungkan namanya, menyerukan ketampanannya.
Aku kembali terbuai oleh apapun dalam diri lelaki ini!
Mataku terbelalak tatkala melihat kepala Tobias mulai
menurun menuju leherku. Hembusan angin yang ditiupkan dari mulutnya berhasil melonjakkan
bulu-bulu romaku.
'Apa yang dia lakukan?' aku memekik dalam hati
Perlahan hembusan itu naik menuju bibir, pipi, dan
berakhir pada daun telingaku. Pertahananku yang susah payah aku bangun agar
tidak menerjang lelaki ini dan memberinya ciuman yang membabi buta mulai
bergetar dan goyah.
'Don’t Alicia Keith! Tahan dia! Pria ini hanya penggoda!
Dia tidak lebih dari seorang brengsek yang mempermainkan wanita!' geramku dalam
hati mencoba kembali menguatkan hatiku.
Lihat dia! Dia begitu cerdas memainkan gelora gairahku
dan aku yakin bahwa dia juga melakukan hal yang sama pada wanita-wanita lain!
“Siapa kau sebenarnya?” bisiknya begitu dekat dengan
telingaku. Aku menggigit bibir bawahku sekuat tenaga menahan gairah seks yang
terus menerus menuntut lebih.
‘Hentikan!’ perintahku pada dewi batin yang sudah mulai
memberontak dengan benteng pertahanan yang aku bangun.
“Jawab aku!” perintahnya dalam suara yang begitu lembut.
Napasnya begitu stabil dan ini berbeda jauh denganku!
“Aku… aku…” Aku mendorong dada Tobias menjauh dari
tubuhku sekuat tenaga, “Maaf sir, saya harus menjaga anda. Saya akan menunggu di
luar” aku bergegas mengambil langkah seribu untuk keluar dari kamar Tobias
tanpa memandangnya sedikitpun.
‘Dia benar-benar ancaman!’ kecamku dalam hati
“Aku tahu kau menginginkanku, Alice!” aku memutar tubuhku
saat hendak meraih kenop pintu menatapnya yang masih tidak bergerak dari
tempatnya semula dan sekarang menatapku tajam. Mata abu-abunya menggelap
semakin gelap! Seringainya semakin lebar dan aku tahu dia benar!
“Tubuhmu tidak mampu menipuku!” dia berjalan mendekatiku
dengan penuh kesombongan, anggun dan santai.
Aku masih berdiri menatapnya. Otakku teracuni oleh
gelagatnya yang mengundangku untuk mendekapnya ke dalam pelukanku, mencium
bibirnya yang bermulut tajam serta mengelus rambutnya yang tergerai menutupi
telingan dan poninya yang berantakan membuat tanganku saling meremas untuk
menahannya agar tidak menerjang lelaki ini.
“Sir, keamanan anda” suaraku bergetar menahan gelora
gairah yang menyiksa ini.
“Kau bisa menjagaku dari dalam” suaranya sarat dengan
godaan.
Aku menggeleng pelan berusaha agar lelaki ini tidak
menyadarinya.
‘Ingat tujuanmu berdiri disini, Alice!’ bentak bawah
sadarku.
“Maaf sir, saya tidak bisa” gumamku lirih tanpa berani
menatapnya dan memilih menunduk di hadapannya dan kembali memutar kenop pintu.
“Kau dipecat!” ucapnya dingin
Aku menghentikan langkahku, memastikan bahwa pendengaranku
baru saja mendengar ucapan ‘aku dipecat’.
Aku memutar lagi tubuhku menghadapinya dengan tatapan bingung.
“Kau dipecat sebagai bodyguardku” ujarnya lagi dan kali
ini perasaanku benar.
‘Tidak! Ini tidak boleh terjadi!’
“Tapi sir…” tangannya terangkat ke atas mengisyaratkan
bahwa aku tidak boleh menyelanya dan aku langsung menutup mulutku.
‘Kalau aku dipecat maka sia-sia semuanya’ erangku dalam
hati.
“Sebagai gantinya kau harus menjadi …” langkahnya mendekatiku
dan sekarang dia tepat di depanku. Kepalanya bertumpu pada pundakku dan dia
berbisik begitu lembut pada telingaku, “pemuas hasratku,”
pertamax.. :D welcome to blogging life sista.. ihihihhi...
BalasHapusTengkyuuu...
BalasHapusHihihi...